Senin, 02 Mei 2011

Isi Hati Kami (Para Perempuan)

Sejujurnya, kesempurnaan macam apakah yang kau inginkan dari kami, wahai para pria?

aku menutupi kecantikanku dengan jilbab, aku berharap kecantikanku hanya untuk suamiku seorang
aku menjaga auratku, kesopananku, untuk membuat kehormatan kalian terjaga
lalu kamu berkata jilbab ini membuatku terlihat lebih tua dan tidak modis, kamu bahkan berpaling kepada wanita wanita hasil permak salon dengan rambut panjang bergelombang berwarna pirang. Kamu lebih suka dengan wanita yang berpakaian mini yang menunjukkan bentuk lekuk tubuhnya.


aku memberimu keturunan yang lucu-lucu dan sehat, walaupun untuk itu aku harus menjadi amat sangat gendut dan berkantung mata tebal karena mengganti popok anakmu tiap malam.
lalu kamu bilang, aku gendut, aku tidak menggairahkan dan tidak menarik lagi.


aku melayani semua kebutuhanmu dari menyiapkan makanan sampai menyucikan pakaianmu.
kamu tanpa berterimakasih hanya mengatakan kalau bau badanku mirip bau bawang.


aku menjadi seorang wanita karir yang cerdas untuk memegang amanah orangtuaku dan membanggakan suamiku. Kamu bilang aku berubah, aku menjadi semena-mena, aku tidak bisa diatur lagi hanya karena jabatanku berpenghasilan lebih tinggi, padahal aku tak pernah sekalipun membantah kepadamu.


aku sibuk mendidik dan mengurus anak-anak kita sampai mereka dewasa, aku mengantar jemput, membuat bekal, mengerjakan PR, sampai menemani mereka bermain, lalu aku tidak bisa menemanimu bertugas sebentar saja, kamu melampiaskan dengan yang lain.


aku mengatur keuanganmu, sampai kita bisa punya rumah dan mobil, aku berhemat, aku tidak pergi ke salon, aku beli baju diskonan, aku menabung untuk pendidikan masa depan anak-anak kita, lalu kamu bilang aku perhitungan dan pelit.


aku menjadi tua, berkeriput, sementara mungkin kamu menjadi lebih matang dan mapan, lalu kamu mulai tidak mengajakku ke pesta karena kamu mungkin malu. Padahal kita berdua akan menjadi tua bersama, dan sama jeleknya.


banyak sekali yang harus aku pikirkan, kehidupan rumah tangga, mendidik anak, sampai kadang aku jatuh sakit tapi aku tidak pernah mengeluh dan ingin berhenti dari jabatanku sebagai istri maupun ibu, sementara kamu hanya pikirkan pekerjaan saja selalu mengeluh aku kurang ini, kurang itu.
Jadi tolong katakan sebenarnya apa kekuranganku?


aku memberikan segala yang terbaik, cinta, kasih sayang, pengabdian, dan pengorbanan, ketulusan dan kesetiaaan yang pernah dimiliki oleh seorang wanita. Aku menghormatimu, menyanjungmu, walaupun kamu sering menyakiti dan membuatku menangis. Aku selalu memaafkan, tidakkah kamu melihat betapa aku mengumpulkan sisa-sisa ketegaranku agar selalu bertahan di sampingmu. . .Tidakkah kamu merasakannya sedikit pun?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar